Persiapan Mengembalikan Karyawan Kembali ke Kantor tanpa Shock
Pandemi sudah selesai. Yahh … paling tidak sudah ‘hampir’ selesai. Namun bagaimanapun situasi pandemi saat Anda membaca ini, faktanya tetap sama, bahwa akan datang saatnya untuk membawa karyawan kembali ke kantor pasca WFH. Masalahnya, pandemi yang sudah berlangsung lebih dari 2 setengah tahun ini telah membangun kebiasaan dan kenyamanan baru diantara karyawan perusahaan. WFH tidak datang dan berlalu begitu saja, tapi meninggalkan pola pikir baru dalam bekerja dalam tim Anda.
Kita tahu bahwa memakan waktu sekitar 66 hari hingga 254 hari untuk membangun sebuah kebiasaan baru. Kalau begitu, bagaimana menurut Anda dampak kebiasaan baru dalam era pandemi selama lebih dari 708 hari? Kebiasaan bekerja baru sudah sangat terbentuk dalam diri mereka.
Kembali bekerja di kantor secara mendadak dapat memberikan efek ‘shock mental’ atau paling tidak, perubahan yang membuat tim dan karyawan Anda merasa tidak nyaman dan mengganggu performanya.
Dalam artikel ini, kita akan membahas, apa saja yang membuat karyawan menyenangi dan tidak menyenangi bekerja dari rumah atau kantor, dan apa yang bisa dilakukan Anda sebagai leader, HR, atau perusahaan untuk meminimalisir efek shock mental tersebut.
Apa Yang Disukai (dan Tidak Disukai) Karyawan Saat Bekerja dari Rumah
Pertama, untuk lebih memahami apa yang akan membuat karyawan merasa lebih betah di rumah dan enggan untuk karyawan kembali ke kantor, kita harus memahami apa yang disukai dan tidak disukai karyawan saat bekerja dari rumah (WFH).
Yang Mereka Sukai dari WFH
Menurut riset yang dilakukan Forbes, keuntungan bekerja terbesar yang dirasakan oleh karyawan WFH adalah terhindar dari kemacetan saat berangkat ke kantor dan pulang ke rumah. Tahap persiapan, berangkat, dan melewati lalu lintas menuju kantor dianggap sebagai hal terberat karyawan, dibandingkan dengan bekerja langsung dari kamar, ruang tamu, atau bahkan dapur mereka sendiri.
Selain itu, sebagian besar karyawan menyukai kemampuan bekerja dengan santai diantara keluarganya, dan tidak kehilangan moment yang dianggap memberikan keseimbangan life work balance.
Yang Tidak Mereka Sukai dari WFH
Tapi ini tidak berarti bekerja di rumah lebih menguntungkan untuk mereka, karena ada beberapa hal yang membuat karyawan justru ingin kembali ke kantor dan meninggalkan rumah mereka. Salah satu yang paling menonjol adalah faktor sosial, sense of community, dan interaksi antara karyawan satu dan lainnya. Faktor isolasi yang dialami mereka selama pandemi membuat banyak karyawan Anda merindukan interaksi sosial di kantor, dan aktifitas fisik yang dilakukan secara langsung.
Khususnya untuk tim dan karyawan yang ekstrovert, mereka sebenarnya memiliki keinginan untuk kembali ke kantor untuk bekerja aktif, langsung secara fisik, dan berinteraksi dengan orang lain.
Dan faktor inilah yang bisa menjadi salah satu kunci transisi dalam membawa karyawan kembali ke kantor Anda, tanpa shock dan mengurangi performa.
Praktek Terbaik untuk Membawa Karyawan Kembali ke Kantor
Karyawan yang telah membangun habit WFH selama dua tahun perlu kembali ke kantor dengan mental yang siap dan performa kinerja yang sama, dan sesuai dengan yang diharapkan. Karena itu, idealnya kembalinya karyawan ke kantor melalui suatu tahap transisi yang dimaksudkan untuk mempersiapkan mental mereka, lebih daripada fisik mereka.
1. Kembali ke Kantor Secara Bertahap
Transisi kebijakan dari WFH ke WFO perlu dilakukan secara bertahap. Kembalinya karyawan ke kantor bukan sekedar perubahan lokasi dan posisi fisik si karyawan, tapi lebih pada transisi mental dan kesiapan mentalnya. Kesiapan mental ini perlu dibangun secara bertahap, walau tidak perlu memakan waktu yang terlalu lama. Contoh saja, Anda bisa memberikan keleluasaan jam kerja di minggu pertama, atau waktu kantor yang lebih singkat di beberapa hari pertama, atau jam kantor lebih siang untuk membantunya kembali ke kebiasaan commuting di minggu pertama, dan sebagainya.
2. Mulai dengan ‘Perayaan’ Sosial
Kembalinya karyawan ke kantor perlu dimulai dengan apa yang paling mereka rindukan, yaitu hubungan sosial dan interaksi yang dekat dengan rekan kerja dan teman- teman tim mereka. Ini perlu diangkat lebih jelas dengan adanya semacam ‘celebration’. Baik dalam bentuk sesi ramah tamah sore, sesi training, sesi outbound, atau kompetisi persahabatan kecil- kecilan dalam dan sesama anggota tim.
3. Sikap Empati dan Toleransi
Untuk membantu mencegah shock dan stress karena perubahan dan tuntutan mendadak, jajaran leadership perlu membangun nilai- nilai Authentic Leadership pada karyawan dan timnya, seperti empati dan toleransi, khususnya pada masa- masa awal karyawan kembali ke kantor. Butuh waktu untuk mental dan mindset karyawan untuk langsung tancap gas seperti sebelumnya, pahami ini, jadilah Authentic Leader, dan beri mereka pemahaman dan toleransi untuk beberapa saat, bila ada sikap mereka yang muncul akibat penyesuaian diri.
4. Samakan Lagi Tujuan dan Arah
Ingat moment ‘perayaan sosial’ yang saya bahas sebelumnya? Gunakan moment itu untuk kembali menyamakan visi, tujuan perusahaan, dan arah bersama yang ingin dituju, diraih, dan dicapai oleh para anggota tim, dengan mulainya karyawan kembali ke kantor Anda ini. Perjelas dan selaraskan kembali tujuan dan visi untuk memberi mereka semangat juang baru dan kembali menata mindset yang sama.
5. Coaching bisa Membantu
Untuk beberapa individu dalam tim Anda yang dirasa perlu pendekatan khusus, misalnya adanya salah satu karyawan atau anggota tim yang terlihat lebih memiliki masalah pribadi, atau lebih sulit untuk menyesuakian diri kembali ke pola kerja WFO, Anda mungkin bisa mengadakan sesi coaching informal yang bisa membantu mereka secara pribadi. Lakukan pendekatan personal pada individu yang membutuhkan, dengan menggunakan metoda coaching yang akan menyiapkan mental mereka tanpa menghakimi.
Kebijakan dan Aktivitas Kembali Ke Kantor Pasca Habit WFH
Akhirnya, yang bisa disimpulkan adalah bahwa kembalinya karyawan ke kantor secara WFO pasca kebiasaan bekerja dari rumah (WFH), adalah hal yang bisa dilakukan dengan mulus tanpa adanya shock mental dalam diiri karyawan, bila dilakukan dengan mindset dan proses transisi yang benar.
Proses transisi WFH ke WFO perlu dilakukan dengan mulus, karena transisi ini bukan sekedar mengenai memindahkan lokasi kerja fisik, tapi memindahkan lokasi kerja secara mental, dan akan menguji resiliensi dan kekuatan mental mereka dalam mengahdapi perubahan.
Semoga transisi pasca WFH di organisasi atau perusahaan Anda berjalan mulus, dengan karyawan yang perform baik dan termotivasi, di masa transisi kembalinya karyawan ke kantor dan bekerja kembali di belakang meja mereka.
Kami di Mitologi Inspira selalu siap membantu Anda dalam melakukan ini, dengan menyediakan pelatihan karyawan, sesi coaching, hingga aktivitas positif untuk karyawan Anda dalam proses transisi mereka kembali ke kantor. Hubungi kami sekarang juga untuk berdiskusi mengenai kebutuhan ini!