Dalam dunia bisnis dan manajemen, membentuk tim yang efektif seringkali merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam mencapai tujuan perusahaan. Untuk membantu memahami dinamika pembentukan tim, ada namanya Tuckman Model (Forming, Storming, Norming, Performing).
Model ini tidak hanya memberikan panduan tentang tahapan-tahapan dalam pembentukan tim, tetapi juga membantu manajer memahami peran dan tindakan yang diperlukan untuk mendukung tim mereka mencapai tingkat kinerja yang optimal.
Pelajari Tuckman Model (Forming, Storming, Norming, Performing)
Membentuk tim yang solid dan efisien bukanlah tugas yang mudah. Dinamika tim ini pertama kalinya dikenalkan oleh Kurt Lewin. Ia merupakan seorang psikolog sosial di tahun 1939 silam.
Kemudian dinamika tim mengalami pengembangan. Salah satunya dengan adanya Bruce Tuckman pada tahun 1965. Bruce Tuckman mengembangkan model yang terkenal dengan nama “Forming, Storming, Norming, Performing“.
1. Forming (Pembentukan)
Tahap pertama dalam model Tuckman adalah “Forming” atau pembentukan. Pada tahap ini, anggota tim baru pertama kali bertemu, dan mereka biasanya penuh semangat dan optimisme. Karyawan ini mencoba memahami tujuan dan peran masing-masing dalam tim.
Di sini, manajer atau HR memiliki peran penting dalam menyediakan arah yang jelas, mengklarifikasi tujuan, dan mengatur harapan. Ada beberapa manfaat tahapan forming ini. Antara lain:
● Membangun Kepercayaan
Komunikasi yang terbuka dan pengenalan yang baik antar anggota tim dapat membantu dalam membangun kepercayaan satu sama lain.
● Pembagian Peran yang Jelas
Dengan menetapkan peran dan tanggung jawab secara jelas, anggota tim dapat mulai memahami kontribusi mereka dalam mencapai tujuan bersama.
Penting bagi manajer untuk memahami tahap Forming ini agar mereka dapat memberikan dukungan yang sesuai dan mengarahkan tim menuju kolaborasi yang lebih efektif.
2. Storming (Konflik)
Setelah tahap pembentukan, tim kemudian masuk ke tahap “Storming” atau konflik. Pada tahap ini, perbedaan pendapat dan konflik mulai muncul di antara anggota tim.
Ini adalah proses alami di mana individu mencoba untuk menetapkan peran dan memengaruhi keputusan. Manajer harus mampu mengelola konflik dengan bijaksana dan membantu tim menemukan cara untuk bekerja sama. Adapun hal yang bisa dilakukan manajer untuk ini antara lain:
● Fasilitasi Diskusi
Manajer perlu memfasilitasi diskusi terbuka di antara anggota tim untuk memecahkan konflik dan mencapai pemahaman bersama. Diskusi juga bisa dalam bentuk pelatihan karyawan.
● Peningkatan Kesadaran
Membantu anggota tim memahami perbedaan antara pendapat pribadi dan kepentingan tim secara keseluruhan. Kuncinya adalah communication.
3. Norming (Pembentukan Norma)
Tahap selanjutnya dalam Tuckman Model (Forming, Storming, Norming, Performing)adalah “Norming” atau pembentukan norma. Pada tahap ini, tim mulai menyelesaikan perbedaan mereka dan mengembangkan norma dan nilai-nilai yang diterima bersama.
Anggota tim mulai merasa lebih nyaman satu sama lain dan menemukan cara untuk bekerja secara efisien. Praktik yang bermanfaat pada tahap Norming meliputi:
● Penguatan Kerjasama
Mendorong kerjasama dan kolaborasi di antara anggota tim untuk mencapai tujuan bersama.
● Mengukuhkan Identitas Tim
Membantu anggota tim merasa sebagai bagian dari kelompok dan memperkuat identitas tim.
Pada tahap Norming, manajer harus terus mendukung pembentukan hubungan yang kuat di antara anggota tim. Lalu memastikan bahwa norma yang berkembang mendukung kinerja tim yang efektif.
4. Performing (Kinerja)
Tahap terakhir dalam model Tuckman adalah “Performing” atau kinerja. Pada tahap ini, tim telah melewati konflik awal dan telah mengembangkan norma yang solid. Mereka bekerja secara efisien bersama dan mencapai tingkat kinerja yang optimal.
Manajer pada tahap ini berperan dalam memelihara kinerja tinggi dan memastikan bahwa tim terus berkembang dan tercipta team building yang baik. Beberapa praktik yang diperlukan pada tahap Performing meliputi:
● Mendorong Innovation
Mendorong tim untuk melakukan creative thinking dan mencari cara untuk meningkatkan proses kerja mereka.
● Memberikan Umpan Balik
Memberikan umpan balik yang konstruktif dan terus-menerus untuk membantu tim tetap fokus pada tujuan mereka.
Penting bagi manajer untuk memahami bahwa pembentukan tim adalah proses yang berkelanjutan. Meskipun tim mungkin mencapai tahap Performing, mereka masih dapat kembali ke tahap sebelumnya jika terjadi perubahan dalam dinamika tim atau lingkungan kerja.
Pentingnya Memahami Tuckman Model (Forming, Storming, Norming, Performing) bagi Manajer
Ada beberapa manfaat yang bisa HRD, manajer atau leader perusahaan dapatkan apabila memahami model ini. Antara lain:
1. Membantu Mengelola Tim
Dengan memahami tahapan pembentukan tim, maka Anda dapat mengelola tim dengan lebih efektif. Alhasil, karyawan terbantu melewati tantangan yang muncul.
2. Mendorong Kolaborasi
Manfaat lain yang bisa manajer atau human resource dapatkan adalah mendorong kolaborasi di antara anggota tim dan mempercepat perjalanan mereka menuju kinerja yang optimal.
3. Membangun Kepemimpinan yang Efektif
Memahami model ini juga membantu manajer dalam mengembangkan keterampilan leadership yang efektif. Termasuk kemampuan untuk memfasilitasi diskusi dan mengelola konflik.
Cara Belajar Tuckman Model (Forming, Storming, Norming, Performing)
Belajar Tuckman Model yang terdiri dari tahapan forming, storming, norming, dan performing, dapat dilakukan melalui beberapa langkah yang sistematis dan terstruktur. Berikut adalah cara belajar Tuckman Model:
1. Memahami Konsep Dasar Tuckman Model
Mulailah dengan memahami konsep dasar di balik Tuckman Model. Baca literatur yang relevan, seperti buku-buku manajemen atau artikel kredibel yang menjelaskan tentang setiap tahap dalam model ini.
Pastikan Anda mengerti secara mendalam apa yang dimaksud dengan pembentukan tim, konflik dalam tim, pembentukan norma, dan kinerja optimal.
2. Studi Kasus
Studi kasus dan contoh nyata dapat membantu Anda memahami bagaimana Tuckman Model diterapkan dalam situasi dunia nyata.
Temukan studi kasus atau contoh dari organisasi atau tim yang telah berhasil menerapkan konsep-konsep dalam Tuckman Model. Analisis bagaimana setiap tahap diterapkan dan bagaimana mereka mengatasi tantangan yang muncul.
3. Diskusi dan Kelompok Studi
Bergabunglah dengan kelompok studi atau diskusi yang fokus pada topik Tuckman Model. Diskusikan konsep-konsep terkait dengan pembentukan tim, konflik, pembentukan norma, dan kinerja dalam konteks pengalaman nyata.
Diskusi dengan orang lain dapat membantu Anda mendapatkan perspektif yang beragam dan lebih mendalam tentang model ini. Apalagi jika Anda berdiskusi dengan facilitator profesional terkait model ini.
4. Pelatihan dan Workshop Tuckman Model
Ikuti pelatihan atau training karyawan yang menawarkan pembelajaran langsung tentang Tuckman Model (Forming, Storming, Norming, Performing). Pelatihan semacam ini sering kali mencakup studi kasus, simulasi, dan latihan praktis yang membantu Anda menerapkan konsep-konsep dalam situasi yang relevan.
Interaksi langsung dengan coach, trainer dan sesama peserta dapat meningkatkan pemahaman Anda tentang model ini.
Apabila Anda ingin mendapatkan pelatihan perusahaan yang praktis, interaktif dan menyenangkan, Mitologi Inspira jawabannya. Ada berbagai pelatihan dengan topik menarik mengenai leading innovation hingga leadership untuk meningkatkan manajemen karyawan.
Termasuk pelatihan karyawan dengan Tuckman Model (Forming, Storming, Norming, Performing). Meski teorinya cukup rumit, namun pelatihan tidak membosankan. Trainer memberikan pelatihan berkualitas dengan fun learning.
Hubungi kami untuk membantu Anda memfasilitasi kegiatan team building untuk teamwork perusahaan Anda melalui email di [email protected] , atau whatsapp kami disini.