Program pelatihan karyawan adalah investasi vital bagi kesuksesan jangka panjang setiap organisasi. Karyawan harus diberikan bekal ilmu yang dapat membantu mencapai target tugasnya. Namun sering Anda mendeteksi bahwa program pelatihan tersebut gagal mencapai tujuannya.
Sejak awal, karyawan menghindari, atau bermalas- malasan mengikuti program yang sudah ditetapkan bagi mereka, dan sibuk mencari alasan untuk menghilang di tengah sesi pelatihan, dan diam- diam ‘mojok’ di ujung kantin kantor dengan alasan ‘kerja’.
Ini memunculkan dua pertanyaan penting.
Pertama, mengapa program pelatihan karyawan seringkali dipandang sebagai beban atau bahkan ‘hukuman’ di mata karyawan? Dan kedua, kenapa seringkali pelatihan yang terlalu serius dalam penyampaian yang berat justru menjadi kontraproduktif dan tidak efektif?
Inilah topik yang akan kita bahas di artikel kali ini. Kita akan bersama membahas apa yang menyebabkan program pelatihan menjadi hal yang dihindari oleh karyawan, apa yang harus dilakukan untuk menghindari ini, dan bagaimana menyusun dan melakukan delivery pelatihan yang produktif, efektif, dan justru menjadi titik positif untuk karyawan!
Mengapa Karyawan Enggan Mengikuti Program Pelatihan
Program pelatihan adalah sesuatu yang berguna, bukan hanya untuk perusahaan, tapi juga untuk individu karyawan yang mengikutinya. Jadi kenapa seringkali karyawan suka terlihat enggan untuk mengikuti pelatihan?
Ada beberapa alasan yang menjadi penyebabnya, misalnya saja.
1. Kurangnya Relevansi atau Ketertarikan Materi.
Karyawan sering merasa bahwa materi pelatihan tidak relevan dengan pekerjaan atau tujuan karir mereka, atau materi yang diberikan tidak menarik. Ini membuat mereka merasa bahwa mengikuti program adalah buang-buang waktu.
2. Pendekatan Satu Ukuran untuk Semua.
Program pelatihan kadang lupa mempertimbangkan kebutuhan, keahlian, dan tingkat pengalaman individu karyawan dapat membuat mereka merasa tidak terhubung atau diabaikan.
3. Penggunaan Waktu dan Komitmen.
Karyawan merasa bahwa pelatihan memakan waktu yang bisa digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang mereka anggap lebih penting atau mendesak.
4. Kelelahan Informasi.
Overload informasi atau terlalu banyak ilmu dari pelatihan dalam waktu singkat dapat menyebabkan kelelahan, membuat karyawan enggan melanjutkan atau mengikuti pelatihan lebih lanjut.
5. Pengalaman Pembelajaran yang Membosankan.
Pendekatan pembelajaran yang kaku, monoton, bahkan membosankan, dan tidak interaktif bisa membuat karyawan enggan mengikuti pelatihan karena merasa tidak terlibat atau terinspirasi.
Beberapa masalah keengganan karyawan dalam mengikuti program pelatihan diatas masih bsia ditangani dengan melakukan TNA (Training Needs Analysis) dan penyamaan persepsi tujuan pelatihan yang jelas dari perusahaan, sebelum pelatihan diadakan.
Tapi bagaimana dengan masalah terakhir? Bagaimana memastikan bahwa pelatihan yang diadakan bisa terus mempertahankan antusiasme peserta yang mengikutinya, dan memastikan pelatihan tidak menjadi kontraproduktif?
Jawabannya sederhana. Ya Anda harus berhenti membuat pelatihan yang membosankan!
Apa yang Membuat Program Pelatihan Karyawan Jadi Membosankan?
Pernah merasa seperti terjebak dalam sesi training yang tidak berujung, dimana materi disampaikan tanpa henti dan interaksi adalah mitos? Ini adalah pemandangan umum dalam banyak program pelatihan karyawan.
Sebagian besar perusahaan cenderung menyusun program pelatihan yang menghadirkan informasi secara satu arah. Mereka mungkin menempatkan seorang pengajar di depan karyawan dan membiarkannya berbicara tanpa interaksi yang substansial.
Pendekatan ini menjejalkan informasi sebanyak- banyaknya ke kepala peserta ibarat menyiram air ke spons, dan berharap peserta mengingat semua ini, dan langung menjadi ahli dalam jentikan jari.
Pendekatan pelatihan yang sering dipakai ini membuat peserta menguap dan terus melirik jam, menanti jam snack siang yang tak kunjung datang.
Berikut beberapa hal yang membuat pelatihan menjadi membosankan:
1. Ketidakinteraktifan dalam Program Pelatihan
Program pelatihan karyawan sering kali gagal mencapai tujuan mereka karena kekurangan interaktifitas. Pendekatan satu arah yang menghadirkan informasi tanpa kesempatan untuk bertanya, berdiskusi, bahkan beropini, tidak menciptakan lingkungan pembelajaran yang optimal.
Karyawan yang hanya duduk mendengarkan tanpa terlibat secara aktif cenderung memiliki tingkat pemahaman yang lebih rendah dan kurang termotivasi untuk menerapkan apa yang mereka pelajari. Ini mengarah pada ketidakmampuan mereka untuk mengubah pengetahuan menjadi tindakan yang nyata di tempat kerja.
2. Kurangnya Elemen Praktik Real
Program pelatihan yang hanya memberikan pengetahuan teoritis tanpa kesempatan untuk menerapkannya dalam situasi praktis memiliki dampak yang terbatas. Para karyawan membutuhkan latihan nyata untuk mengasah keterampilan baru mereka.
Misalnya, pelatihan tentang keterampilan komunikasi atau coaching yang hanya terbatas pada presentasi PowerPoint dan diskusi teoritis mungkin tidak memberikan kesempatan yang cukup bagi karyawan untuk berlatih berbicara di depan umum.
3. Pentingnya Prinsip Andragogi
Prinsip pembelajaran orang dewasa harus dipertimbangkan dalam menyusun program pelatihan. Karyawan dewasa belajar dengan cara yang berbeda dari anak-anak, sehingga program pelatihan perlu mempertimbangkan pengalaman dan kebutuhan individu.
Ini berarti mengakui bahwa karyawan memiliki latar belakang, pengetahuan, dan pengalaman yang beragam, dan mereka lebih cenderung memilih untuk belajar sesuatu yang relevan dengan pengalaman mereka dan dapat diterapkan langsung dalam kehidupan atau pekerjaan mereka.
Dengan memperhatikan hal ini, perusahaan dapat menyusun program pelatihan yang lebih menarik dan bermanfaat bagi karyawan.
4. Dampak Penyampaian yang Kaku dan Membosankan
Terakhir dan terpenting, penyampaian program pelatihan yang membosankan dapat menghambat efektivitasnya.
Karyawan yang mengikuti pelatihan adalah manusia, bukan komputer atau robot, apalagi buku catatan berjalan. Bila mereka tidak dilibatkan, diajak berinteraksi, bercanda, dan terlibat, mereka tidak akan memperoleh manfaat maksimal dari pengalaman tersebut.
Mereka mungkin merasa bosan, kurang termotivasi, atau bahkan ‘merem- merem’ cantik saat pelatihan berlangsung.
Cara Memberikan Pelatihan Karyawan Yang Menyenangkan dan Efektif!
Trainer, atau kadang disebut fasilitator, mereka yang memandu pelatihan Anda, harus menjadi pemandu, bukan pemaksa. Menjadi teman, bukan atasan. Dan menjadi manusia, bukan mesin rekaman yang memutar dan menampilkan informasi seperti video dokumenter atau rekaman rusak.
Memimpin pengalaman belajar yang engaging sama pentingnya (bahkan bisa jadi lebih penting), daripada sekedar membacakan isi text book leadership pada peserta.
Karena sebagus apapun ilmu yang diberikan, kalau peserta mendengarkan sambil mengantuk, semua itu sia- sia, dan hanya akan masuk telinga kanan- keluar telinga kiri.
.Jadi bagaimana memberikan pelatihan yang tidak membosankan?
Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan, dan merupakan standar kami di Mitologi Inspira:
1. Tingkatkan Interaksi dan Interaktifitas
Pelatihan tidak boleh hanya tentang mendengarkan; setiap sesi harus tentang interaksi dan partisipasi. Gunakan diskusi kelompok, studi kasus, dan simulasi untuk memastikan karyawan tidak hanya mendengarkan tetapi juga terlibat secara aktif.
Lebih dari ini, jadilah trainer atau gunakan trainer yang selalu berinteraksi, menyapa, dan melakukan pendekatan personal dengan peserta, agar semua merasa dilibatkan.
2. Terapkan dengan Praktik Nyata
Pembelajaran melalui praktek setelah teori secukupnya diberikan, jauh lebih baik daripada memaksa peserta mendengarkan Anda membacakan seluruh prinsip dan isi buku popular tentang teamwork seperti dalam ceramah.
Gunakan simulasi, praktek, bahkan aplikasi langsung materi pada kasus nyata yang mereka hadapi.
3. Gunakan Aplikasi Gamifikasi
Gunakan elemen gamifikasi dalam proses pelatihan, gunakan poin, gunakan challenges, gunakan ice breaking, gunakan sistem MVP atau leaderboard. Apapun yang bisa memotivasi peserta untuk lebih terlibat dalam prosesnya.
4. Humor, Humor, dan Humor
Ilmu yang Anda sampaikan serius, tapi bukan berarti cara penyampaiannya harus disampaikan dalam situasi seakan- akan dunia akan kiamat besok bila mereka tidak memahami ilmunya hari ini.
Penyampaian menggunakan humor terbukti jauh lebih baik dan lebih dapat diserap, karena peserta menikmati dan memperhatikan penyampaian lebih baik. Humor juga bisa mencairkan suasana, dan meningkatkan keterlibatan.
Dan pastinya, membuat pelatihan karyawan tidak lagi terasa seperti beban yang harus dihindari! Seorang trainer, harus bisa menjadi individu humoris yang penuh interaksi!
We Make Learning FUN : Pelatihan Karyawan ‘the Inspira Way’
Semua teknik diatas terbukti efektif untuk meningkatkan engagement peserta dan efektifitas pelatihan karyawan secara umum, dengan menyediakan pelatihan yang seru dan menyenangkan!
Ini adalah fakta yang terbukti. Kenapa kami tahu ini? Karena ini adalah semua prinsip kami dalam memberikan pelatihan karyawan untuk Anda, yang kami sebut Inspira Way!
Tapi jangan percaya begitu saja, simak video di bawah ini, untuk mendengar langsung dari peserta yang pernah mengikuti training kami.
Anda bisa mencoba sendiri pengalaman belajar dalam situasi ini dengan menghubungi kami di [email protected] , atau whatsapp kami disini.
Atau Anda mau belajar menjadi trainer atau fasilitator penuh humor yang bisa memandu sesi trainer dengan teknik Inspira Way kami? Simak jadwal pelatihan ToT Inspira Way kami yang berikutnya!