Apakah Jam Kerja yang Lebih Pendek Justru Meningkatkan Produktivitas?
Durasi waktu kerja selalu terlihat berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan. Bagaimana tidak, secara logika saja, tentu lebih banyak hal yang bisa diselesaikan dalam 8 jam kerja dibandingkan dengan, misalnya, dalam 5 jam kerja bukan?
Jadi tidak aneh kalau kita menganggap bahwa semakin panjang jam kerja kantor untuk karyawan, semakin produktivitas juga hasil kerja yang dicapai perusahaan.
Tapi bagaimana kalau saya bilang, bahwa semakin pendek jam kerja karyawan, justru akan meningkatkan produktivitas kantor lebih besar daripada jam kerja yang terlalu panjang? Bagaimana pendapat Anda?
Paling tidak, inilah klaim yang belakangan ini semakin mendapat perhatian. Banyak yang percaya bahwa mengurangi jumlah jam kerja ternyata dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan karyawan. Tapi, apakah klaim ini didukung oleh bukti ilmiah?
Bersama- sama kita akan mengeksplorasi kontroversi di balik klaim ini, menyelidiki studi kasus perusahaan yang telah menerapkan kebijakan jam kerja yang lebih pendek, dan menyimpulkan apakah jam kerja yang lebih pendek benar-benar bisa meningkatkan produktivitas!
Kontroversi di Balik Klaim Produktivitas Jam Kerja
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa jam kerja yang lebih pendek dapat meningkatkan produktivitas. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Happiness Studies menemukan bahwa karyawan yang bekerja 25 jam per minggu memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi daripada mereka yang bekerja lebih dari 40 jam per minggu.
Kenapa ini terjadi? Menurut jurnal ini, hal ini disebabkan oleh peningkatan konsentrasi dan fokus yang terjadi saat seseorang bekerja dalam waktu yang lebih singkat.
Perasaan adanya keterbatasan dalam bekerja membuat mereka lebih meningkatkan konsentrasinya, agar dapat menyelesaikan hasil yang sama walau dalam waktu lebih pendek.
Tapi pendapat ini tidak sellau konsisten di semua penelitian. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harvard Business Review menemukan bahwa efek dari jam kerja yang lebih pendek tergantung pada jenis pekerjaan dan lingkungan kerja.
Pekerjaan yang membutuhkan kreativitas dan pemecahan masalah kompleks mungkin tidak akan mendapatkan manfaat yang sama dari jam kerja yang lebih pendek seperti pekerjaan yang lebih rutin.
Selain itu, terdapat pula argumen bahwa jam kerja yang lebih pendek dapat memicu perasaan stres dan tekanan bagi karyawan. Dalam budaya kerja yang kompetitif, banyak karyawan yang merasa perlu untuk bekerja lebih banyak jam agar terlihat produktif dan kompeten. Dalam hal ini, kebijakan jam kerja yang lebih pendek mungkin tidak selalu dianggap sebagai solusi yang efektif, karena karyawan dapat merasa perlu untuk “mengganti” waktu yang hilang dengan bekerja lebih keras dalam waktu yang lebih singkat.
Dengan demikian, meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa jam kerja yang lebih pendek memang dapat meningkatkan produktivitas, argumen tersebut harus dipertimbangkan dalam konteks pekerjaan dan lingkungan kerja yang spesifik.
Hasil berbeda bisa ditemukan, tergantung pada kebijakan- kebijakan yang efektif yang memperhitungkan berbagai faktor, termasuk jenis pekerjaan, kebutuhan karyawan, dan kebutuhan perusahaan.
Bagaimana Jam Kerja yang Pendek Menghasilkan Produktivitas Lebih Tinggi ?
Konsep bahwa waktu kerja yang lebih pendek dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi mungkin terdengar kontradiktif pada awalnya.
Namun, penjelasan mendalam tentang mekanisme di balik fenomena ini mengungkapkan bahwa dalam beberapa hal ini, waktu kerja yang lebih singkat terbukti dapat memicu sejumlah perubahan positif dalam perilaku dan kinerja karyawan.
1. Waktu Tidur yang Lebih dan Manajemen Stres yang Lebih Baik
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi produktivitas adalah kualitas tidur dan tingkat stres yang dialami oleh karyawan. Ketika karyawan memiliki lebih sedikit jam kerja, mereka memiliki lebih banyak waktu untuk istirahat dan pulih. Waktu tidur yang lebih panjang dan lebih berkualitas memungkinkan otak untuk memproses informasi dengan lebih baik, meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan pemecahan masalah.
Selain itu, bekerja dalam jadwal yang lebih teratur membantu menjaga Kesehatan fisik karyawan, yang bila terganggu dapat menyebabkan penurunan kinerja dan kepuasan kerja.
2. Lebih Efisien dalam Penggunaan Waktu
Waktu kerja yang lebih pendek juga mendorong karyawan untuk menjadi lebih efisien dalam penggunaan waktu mereka. Ketika mereka memiliki batasan waktu yang lebih ketat, mereka cenderung lebih fokus dan produktif dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Karyawan mungkin lebih cenderung untuk menghindari gangguan atau hal-hal yang tidak perlu, dan mereka dapat mengatur prioritas dengan lebih baik. Dengan demikian, meskipun jumlah waktu kerja berkurang, hasil yang dihasilkan bisa jadi lebih besar dalam hal kualitas dan kuantitas.
Dengan memahami bahwa waktu kerja yang lebih pendek dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi melalui perubahan-perubahan seperti peningkatan waktu tidur dan manajemen stres yang lebih baik, serta efisiensi yang ditingkatkan dalam penggunaan waktu, perusahaan dapat membuat kebijakan yang lebih cerdas dan mendukung kesejahteraan karyawan.
3. Kesehatan Mental Karyawan Yang Lebih Baik
Waktu kerja yang panjang dan padat seringkali membuat karyawan terlalu lelah dalam bekerja, tidak memberi mereka waktu untuk diri sendiri, merawat diri, mengembangkan potensi pribadi, atau bahkan memberi mereka waktu luang cukup untuk menjaga hobi dan minat mereka.
Waktu luang telah terbukti memberikan karyawan kesehatan mental lebih baik, dengan membantu memberi mereka untuk merawat Kesehatan mental mereka, karyawan Anda akan lebih memiliki resiliensi dalam menghadapi tantangan dan target kerja.
Tanpa burnout, stressor, atau masalah mental kerja lainnya, ini akan berdampak positif dalam jam kerja, dan meningkatkan produktivitas mereka, walau jam kerjanya sendiri mengalami pengurangan durasi.
Penelitian Tentang 4 hari Kerja. Bagaimana Hasilnya?
Menurut Forbes, Autonomy Research, sebuah lembaga pemikir di Inggris, telah menerbitkan temuan dari uji coba mereka pada bulan Februari 2023. Mereka mensurvei 61 perusahaan dan 2.900 karyawan di Inggris untuk mengumpulkan data dan mendapatkan suatu kesimpulan yang mengejutkan.
Dalam percobaan penerapan 4 hari kerja per minggu, manfaat waktu kerja yang lebih singkat tanpa pengurangan gaji sangat jelas terlihat:
“39% karyawan mengalami penurunan stres, dan 71% mengalami penurunan tingkat kelelahan pada akhir uji coba. Demikian pula, tingkat kecemasan, kelelahan, dan masalah tidur menurun, sementara kesehatan mental dan fisik meningkat, turnover menurun 57% ”
Hal ini tidak hanya terjadi di Inggris. Perusahaan-perusahaan Kanada dan Amerika juga terlibat dalam uji coba serupa, begitu pula perusahaan-perusahaan di Brasil dan Australia.
Bagaimana dengan produktivitas?
Dampak positif lainnya yang dirasakan oleh perusahaan-perusahaan yang mengikuti uji coba ini adalah pendapatan secara umum tetap sama selama masa uji coba, bahkan meningkat rata-rata sebesar 1,4%.
Jika dibandingkan dengan periode serupa tahun-tahun sebelumnya, organisasi dan perusahaan yang terlibat melaporkan peningkatan pendapatan rata-rata sebesar 35% yang menunjukkan pertumbuhan yang sehat selama periode pengurangan waktu kerja.
Wah, nampaknya, ada suatu konsep baru yang menarik terjadi di sini.
Jadi Lebih Baik Jam Kerja yang Mana?
Temuan baru ini adalah suatu temuan yang sangat berharga. Bayangkan konsep bekerja yang memberikan kepuasan dan pencapaian untuk kedua pihak, perusahaan dan karyawan mereka sekaligus, dan menjaga kesehatan mental tim, sambil menjaga pendapatan.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini?
Apakah kebijakan jam kerja di perusahaan Anda telah mengikuti tren ini? Atau apakah Anda memiliki pengalaman lain yang ingin Anda bagikan?
Beberapa perusahaan di Indonesia ternyata meneruskan kebiasaan kerja hybrid sejak zaman pandemi, karena dianggap lebih efisien, tanpa memberikan tekanan berlebih pada karyawan.
Apakah perusahaan Anda berniat mencoba kebijakan ini?