bingung memilih topik pelatihan paling pas untuk Anda?
Gunakan tool Simple TNA kami, dan dapatkan ide topik training paling pas sesuai kebutuhan!
Emotional Intelligence adalah kemampuan seseorang untuk bisa mempersepsi emosi, mengatur emosinya, dan kemudian memahami emosinya, dan pada akhirnya bisa berinteraksi dengan lebih baik dengan orang lain.
Belakangan, orang makin menyadari pentingnya mempelajari emotional intelligence. Dulu orang beranggapan bahwa mempelajari emosi di dalam lingkungan kerja itu adalah hal yang tabu, karena kalau kita menunjukkan emosi di tengah banyak orang, itu dianggap sebagai orang yang tidak oke.
Tetapi belakangan ternyata ditemukan bahwa IQ menempatkan kita pada posisi kita sekarang. Suksesnya kita tergantung dari bagaimana kita memahami emosi kita sendiri, memahami emosi orang lain, dan pada akhirnya meregulasi diri dan beradaptasi dengan orang lain.
Penelitian menunjukkan 80% kesuksesan seseorang ternyata tergantung dari emotional intelligence.
Banyak statistik yang menemukan dan meneliti mengenai hal itu. Dan ternyata 50% dari orang-orang yang performance-nya bagus itu memiliki emotional intelligence yang bagus.
Ditemukan juga 90% dari top performers memiliki emotional intelligence yang bagus. Daniel Goleman mereport bahwa 80-90% perusahaan yang membedakan antara top performance dengan low performance itu pada area emotional intelligence mereka.
Sebetulnya kembali lagi kepada apa tujuan dari pelatihan itu sendiri. Tetapi, kalau kita mau mempelajari tentang Emotional Intelligence, tentu saja pertama kali kita mesti tahu apa itu Emotional Intelligence.
Komponen dari emotional intelligence menurut Caruso, Salovey, dan Mayer, yang kemudian dituangkan di dalam bukunya Daniel Goldman, menyebutkan terdapat 5.
Yang pertama adalah self-awareness atau kesadaran diri, yang kemudian diikuti dengan self-regulation atau mengatur diri, lalu empathy, motivation, dan social skill. Kelima ini adalah yang disebut sebagai komponen dari emotional intelligence.
Dalam perkembangannya, Daniel Goleman membaginya menjadi 4 kuadran. Yang pertama adalah self awareness, lalu self regulation, lalu social awareness, dan social relationship. Atau social skills atau relationship management.
Pertama-tama kita perlu mengenali dan mengamati perasaan kita setiap saat.
Lalu lakukan beberapa praktek-praktek untuk bisa meregulasi perasaan kita. Salah satunya adalah berhenti sejenak dari segala reaksi-reaksi yang muncul, lalu, gunakan breathing technique.
Tarik nafas 4 hitungan, keluarkan 4 hitungan. Bernafas dari hidung.
Dalam konteks profesional, otomatis seorang pimpinan, seorang karyawan, penting sekali untuk bisa meregulasi emosinya, mengatur emosi, memahami orang lain dengan memahami dirinya sendiri.
Dan akibatnya kita akan bisa beradaptasi dengan baik dengan orang lain.
Karena salah satu komponen dari emotional intelligence pada akhirnya adalah social awareness atau memahami apa yang dirasakan oleh orang lain.
Tekanan dalam hal ini disebutnya stressor, bisa dalam berbagai macam hal, salah satunya deadline. Ketika kita menghadapi deadline, dan kita menghadapinya dengan cemas, maka pasti gak akan selesai.
Dalam hal ini, kita perlu mengasah emotional intelligence dan menentukan secara sadar bagaimana kita mau bersikap.
Seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan emosi yang baik, tentu saja nomor satu kalau namanya pemimpin, dia memiliki empati yang baik.
Dia bisa memahami apa yang dirasakan oleh anggota timnya, dan dia bisa mencoba memahami karakteristik pribadi dari masing-masing tim, dan memberikan pendekatan yang berbeda-beda antara satu anggota tim dengan yang lainnya.
Empati, itu adalah salah satu ciri yang paling utama dari seorang pimpinan yang berhasil. Dari seorang pimpinan yang berhasil. Para pemimpin di organisasi kita yang ingin kita latih agar emotional intelligence-nya berkembang dengan baik.
Maka perlu dirancang suatu metode pelatihan yang memberikan pendekatan yang sifatnya lebih halus dimana setiap orang diminta untuk bisa menyadari emosinya, mengatur emosinya, meningkatkan empatinya dan pendekatan-pendekatan serta metode pelatihan yang diberikan biasanya memang menggunakan beberapa teknik yang halus.
Salah satu dari komponen emotional intelligence adalah social awareness dan relationship management. Dengan kata lain, di dalam interpersonal relationship, kalau kita memiliki kecerdasan emosi yang baik, maka kita akan mampu untuk bisa bersosialisasi dengan baik, dengan berbagai jenis orang, dengan berbagai jenis karakternya.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi, mampu mengendalikan dan meregulasi semua perasaan-perasaannya, baik itu positif maupun negatif. Dengan kata lain orang yang memiliki kecerdasan emosi pastinya memiliki emotional resilience yang juga baik.
Respon emosi yang sehat dan tidak sehat, pada satu trigger yang sama, menunjukkan seberapa seseorang memiliki emotional intelligence yang bagus.
Dalam trigger yang sama, misalnya workload yang tinggi. Bagaimana cara kita untuk bisa mengelolanya? Yang satu mungkin panik dan stress, sementara yang lain memandangnya dengan positif dan justru termotivasi akan tantangan.
Dengan kata lain, kecerdasan emosi bisa terlihat dalam responnya terhadap tantangan yang sama.
Ketika kita mengetahui bahwa kecerdasan emosi kita sudah cukup baik, maka tentu saja ini akan membantu antara kehidupan kita di rumah dengan saat bekerja, alias kita bisa mencapai namanya work-life balance.
Kita juga dapat mengerti cara mengelola ekspektasi. Bagaimana kita mengelola harapan-harapan kita sendiri. Meregulasi diri, mengatur perasaan kita. Taking control of our own life. At the end, work-life balance bisa kita dapatkan.
Kritik adalah sebuah trigger. Kalau kita memiliki emotional intelligence, ketika mendengar kritik itu, yang kita anggap sebagai activating trigger, maka kita akan melakukan apa? Stop, think, analyze, baru respon.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi biasanya cenderung untuk bisa menunda responsnya, tidak bereaksi secara spontan.
Empati adalah mengetahui apa yang dirasakan oleh orang lain, menempatkan diri pada posisi orang lain. Prinsip dasarnya cuma satu, yaitu perlakukannya orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Maka kalau kita berhadapan dengan pelanggan, tentu saja kita coba pahami kebutuhan mereka. Dengan memahami kebutuhan mereka, kita sudah menunjukkan empati pada mereka.
Bicara strategi mental, maka yang bisa kita lakukan adalah tiga, yang pertama Alter. Artinya mengubah cara pandang, cara pandang kita terhadap stressor atau si pekerjaan itu. Yang kedua Accept. Menerima, acceptance adalah salah satu ciri orang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik.
Dan yang ketiga, Adapt, beradaptasi dengan stressor tersebut. Adapt adalah juga salah satu ciri dari orang yang cerdas emosi.
Hidup ini dipenuhi dengan stressor. Tetapi, bagaimana kita memaknai stressor, bagaimana kita memaknai situasi, lingkungan, itulah yang akan akhirnya membuat seseorang menjadi stress atau tidak.
Bagaimana kita bisa membuat diri kita lebih tahan terhadap stress, adalah dengan bagaimana kita memaknai kejadiannya.
Hidup ini 10% adalah kejadiannya, 90% bagaimana kita meresponsnya.
Salah satu cara untuk mengatasi stres juga sebetulnya adalah time management, mengelola waktu, mengatur mana yang urgent, mana yang tidak urgent, mana yang penting, mana yang tidak penting. Ini akan mengurangi kecemasan yang muncul akibat tekanan waktu atau tuntutan pekerjaan yang memiliki target.
Notion yang sekarang berkembang adalah bahwa karyawan lebih produktif bila karyawan merasa senang.
Karyawan lebih produktif bila kehidupannya balance. Salah satu untuk bisa membuat balance itu adalah perusahaan perlu mengambil langkah-langkah yang lebih konkret dan juga lebih positif untuk menjaga kesejahteraan dari karyawannya bukan hanya dari sisi finansial, tapi dari sisi mental.
Mental well being itu perlu dijaga oleh perusahaan. Bagaimana caranya? Ya dengan membuat berbagai macam kegiatan-kegiatan yang bisa mendukung pertumbuhan dan perkembangan emotional intelligence dari karyawan-karyawannya. Karena kalau karyawan happy, perusahaan produktif, ujung-ujungnya bottom line dapat.
Memahami bagaimana berperilaku serta memahami emosi atau perasana kita dan orang lain adalah tujuan dari Emotional Intelligence.
Gunakan fitur ini untuk berbicara dengan kami secara langsung dalam jam kerja.
Gunakan tool Simple TNA kami, dan dapatkan ide topik training paling pas sesuai kebutuhan!